Minggu, 22 April 2018

Orang Gila yang Terluka


    Konon katanya, mereka yang gila bukan karena kehendaknya. Sering yang menjadi tumbal alasannya adalah keadaan, padahal lebih dominan unsur kesengajaan. Misalnya seperti nasib Bambu, seorang korban kata-kata dan caci maki yang berujung pada hilangnya kewarasan dirinya. Garis hidupnya dicap buruk, belum lagi bisik-bisik warga yang tak lelah membuatnya makin terpuruk. Dulu, ia seorang yang cerdas. Bahkan, hitungan sulit matematika cukup ia kerjakan dengan kerjap mata. Namun, esok-esoknya keadaan berbalik, beberapa manusia yang iri sibuk mengurusi kelebihannya. Bambu dibuat mati akalnya. Makin hari keadaannya makin parah. Hitungan kembalian sisa belanja di warung Bu Kayu saja ditebak sesukanya.

    "Saya belanja lima belas ribu, tapi sayang saya cuma bawa dua puluh ribu. Uang saya kurang lima ribu kan Bu? Nanti saya antar lagi ke sini, saya ambil uang di rumah dulu."

    Awalnya Bu Kayu pusing, ribut menjelaskan soal uangnya yang seharusnya kembali lima ribu, bukan kurang lima ribu. Tapi Bambu masih kekeh. Dia yakin hitungannya benar. Bu Kayu pasrah, terserah dia saja mau hitung berapa. Namun, lama-lama kepasrahannya berubah menjadi keserakahan. Kabar itu tersiar ke seluruh desa. Dimana pun Bambu belanja, semua manusia akan membodohinya. Lama-lama uangnya habis. Bambu menyerah, tak lagi punya apa-apa. Otaknya makin bergeser. Hingga sampai pada puncaknya, ia gila dan membawa golok ke mana-mana. Dalam kegilaannya dia sadar, bahwa manusia telah menipunya. Setelah itu dia tak percaya lagi pada manusia dan membawa golok demi melindungi diri dari kekejaman mereka.

    Kabar kegilaan Bambu beredar cepat, secepat olok-olokan warga yang setiap hari menghantuinya. Apabila Bambu mengejar mereka karena marah, mereka akan bersumpah serapah, "Dasar gila! Pikirannya sudah tak ada! Pergi sana!" Malang memang kehidupan Bambu. Sudah dibuat gila, lalu disakiti lagi ketika telah gila. Hanya saja, mungkin mereka para manusia jahat itu lupa. Jika Bambu berdoa pada Tuhan, doanya yang lebih makbul di mata Yang Maha Kuasa. Dia tersiksa dan Tuhan lebih memerhatikannya. Tinggal mereka tunggu saja, jika Tuhan yang turun tangan. - RAW, 22/4/18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar